Oleh: Sadam Husaen Mohammad
Kamar itu masih pengap, berantakan dan masih diterangi oleh lampu yang tidak bisa disebut terang. Kamar tanpa jendela itu adalah kamar ku, kamar yang selalu menjadi tempat membuang semua kekesalanku kepada anggota keluargaku yang selalu menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Tapi ada yang berbeda saat ini di kamarku, dua minggu mempersiapkan semua ini. Sebuah kamar mandi lengkap dengan bak air yang mengkilat, sebuah kamar mandi duduk, lantai keramik coklat, dan sebuah shower.
Tapi sayangnya tak ada yang memakai kamar mandi itu, padahal kebersihannya selalu ku jaga dan pintunya pun selalu terbuka. Keluargaku pun enggan untuk sekedar melihat kamar mandi buatanku ini. Memang aku bukan seorang pekerja bangunan atau insinyur.
Aku adalah seorang pengkhayal yang mendiami kamar yang pengap dan kotor. Menghayalkan sesuatu yang dianggap tidak penting oleh kebanyakan orang dan tak ku pungkiri aku sering menghayalkan hal yang jorok. Yah dari khayalanku aku mendapatkan uang, kanvas-kanvas hasil dari khayalanku kujual untuk keperluanku karena aku tak mau berebut uang dengan keluargaku yang lain.
Kamar mandi yang ku buat ini juga berasal dari kahyalanku, setelah aku mendengar kabar tsunami di Jepang. Aku mengkhayalkan bintang-bintang porno Jepang selamat dari terjangan tsunami dengan tubuh yang kotor, tapi mereka tidak menemukan tempat untuk membersihkan tubuh mereka, karena hampir semua air menjadi kotor terkena lumpur. Akhirnya aku tersentak berdiri dan muncul sebuah ide untuk membuat sebuah kamar mandi agar mereka bisa membersihkan tubuh mereka yang kotor.
Tapi aku benar-benar kecewa, karena setelah selesai tak ada yang mau memakai kamar mandi buatanku. Sudah satu minggu kamar mandi itu kubiarkan dengan kutambahkan beberapa perlengkapan lagi, yaitu beberapa sabun mandi beserta sikat giginya.Sudah lima hari berlalu setelah kutambahkan sabun dan perangkat yang lain, tapi tetap saja tak ada yang mau memakai kamar mandi buatanku itu. Sepertinya kamar mandi yang aku buat ini sudah lebih dari cukup dibandingkan dengan kamar mandi umum atau yang kita sebut ponten yang ada di tempat-tempat umum.
Aku hanya berharap ada yang mau memakai kamar mandi buatanku. Padahal aku mebuat kamar mandi ini dengan niat baik ; agar orang-orang yang badanya kotor bisa membersihkan dirinya, walaupun sempat terbersit ide jorok untuk bercinta dengan bintang porno jepang dalam kamar mandi itu, menghunuskan si peni ke duburnya, ah tidak, dubur itu hanya untuk si mahatinja. Akan ku hunuskan saja ke vaginanya. Tapi bagaimana aku akan bercinta di dalam kamar mandi itu, sekarang saja tak ada satu pun orang yang mau melihat kamar mandi itu. Oh tuhan, apa yang kurang dari kamar mandi buatanku ini? Apa perlu kutambahkan penjaga yang siap diajak bercinta kapan saja?
Tuhan, ah ya tuhan. Jika yang pertama melihat kamar mandi buatanku ini adalah tuhan, pasti semua orang berbondong-bondong ikut melihatnya. Dan aku bisa melihat kelamin tuhan, apakah dia mempunyai penis yang mencuat atau vagina yang masih rapat, atau jangan-jangan tuhan seorang banci. Tapi jika tuhan seorang perempuan, akan kuajak dia bercumbu dalam kamar mandi itu.
Oh tuhan, maukah kau menjadi yang pertama melihat kamar mandi yang aku buat ini?
Apa yang perlu ku persiapkan agar kau mau muncul di kamar mandi buatanku ini?
Karena aku ingin tahu kelaminmu tuhan!
Khayalanku semakin liar karena bayangan bercinta dengan bintang porno jepang sudah hilang, karena pasti lebih hebat jika aku bias bercinta dengan tuhan. Sudah 20 menit aku menunggu tuhan muncul di kamar mandiku, tapi tetap saja tak ada pertanda kedatangan apapun.
Tuhan penisku masih kendur
Apakah tuhan melihatku sekarang? Karena aku sedang telanjang menunggu kedatangannya.
Tuhan, apakah kau perempuan?
30 menit berlalu dan aku berhasil melihat tuhan dalam kamar mandi itu dengan kekecewaan, karena tuhan yang kugambar dalam lukisan kamar mandi itu adalah seorang lelaki dan dia sedang bercinta dengan bintang porno jepang idolaku.
Tapi akhirnya aku tersenyum gembira karena aku berhasil menambahkan pengguna kamar mandi itu dalam lukisanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar